Subscribe

Selasa, September 27, 2011

Perjanjian Suci

Akad nikah dalam Islam berlangsung sangat sederhana; hanya terdiri dari dua kalimat: ijab dan qabul. Tapi dua kalimat ini telah menaikkan hubungan dua orang makhluk Tuhan dari bumi yang rendah ke langit yang tinggi. Dengan dua kalimat ini berubahlah kekotoran menjadi kesucian, maksiat menjadi ibadat, dosa menjadi amal saleh. Dalam bahasa Qur’an, “Kepada-Nya naik kalimat yang baik dan amal salehlah yang mengangkatnya.”

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh......




Akad nikah bukan hanya perjanjian antara dua insane. Akad nikah juga perjanjian antara makhluk dengan Al-Khalik. Ketika kedua tangan diulurkan untuk mengucapkan kalimat baik itu, diatasnya ada tangan Tuhan. Yadullahi fawqa aydihim. Begitu sakralnya akad nikah sehingga Tuhan menyebutnya “Mitsaqan ghalizha”, perjanjian yang berat. Dari seluruh perjanjian antara Tuhan dengan manusia, hanya tiga yang disebut Tuhan sebagai “Mitsaqan Ghalizha.”

Pertama, Perjanjian Allah dengan Bani Israil. “Dan kami angkat keatas kepala mereka bukit Thursina untuk menerima perjanjian yang telah kami ambil dari mereka dan kami perintahkan kepada mereka: masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud. Dan kami perintahkan pula kepada mereka: janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu. Dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang berat, mitsaqan ghalizha.” (An-Nisa: 154). Apa yang terjadi ketika sebagian mereka melanggar perjanjian berat ini? Allah SWT berfirman: “Dan sesungguhnya telah kalian ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu. Lalu Kami berfirman kepada mereka: jadilah kamu kera yang terhina.” (Al-Baqarah: 65)

Kedua, Tuhan menyebut Mitsaqan Ghalizha ketika berbicara tentang perjanjian Dia dengan para utusan-nya yang mulia. Tuhan membuat perjanjian bukan hanya dengan para Nabi As, tetapi secara khusus dengan Nabi-nabi besar yang dikenal sebagai Ulul Azmi. Ia bersabda, “Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari Nabi-nabi dan dari engkau sendiri, dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang berat, Mitsaqan Ghalizha.” (Al Ahzab: 7)

Ketiga, Tuhan menyebut akad nikah antara dua orang anak manusia sebagai mitsaqan Ghalizha. Tuhan menegur suami-suami yang berbuat zalim, yang merampas hak istrinya dengan berfirman, “Bagaimana kalian akan mengambilnya kembali, padahal kalian sudah berhubungan satu sama lain sebagai suami istri. Dan para istri kalian sudah melakukan dengan kalian perjanjian yang berat, mitsaqan Ghalizha.” (An-nisa: 21)

Karena itu wahai putra putriku, akad nikah yang anda lakukan adalah sebuah perjanjian yang sama beratnya dengan perjanjian Bani Israil dengan bukit yang berganung diatas kepala mereka, sama agungnya dengan perjanjian para Rasul dihadapan Allah SWT. Bila anda melanggar perjanjian ini, seperti Bani Israil, Tuhan akan mengutuk anda menjadi kera yang hina dina. Bila anda memikul perjanjian ini dengan tulus, Tuhan akan memuliakan anda dan menekan anda berdua dalam lingkungan para kekasihNya, sebagaimana Tuhan memuliakan para Rasul as dan mencintai mereka.

Setiap mitsaqan Ghalizha mengandung misi yang mulia. Bani Israil diharuskan menjalankan hokum-hukum TUhan dalam perjuangan mereka menuju negeri idaman, para Nabi as diperintahkan untuk memimpin umat manusia dalam perjalanan mereka menuju Tuhan, lalu apa yang harus dilakukan suami istri dalam pelayaran mereka di samudra kehidupan? Tuhan berfirman, “Dan diantara tanda-tanda keagungan Allah ialah Dia menciptakan untuk kalian dari jenis kalian juga pasangan-pasangan kamu supaya kamu hidup tentram bersamanya dan Tuhan menjadikan diantara kamu cinta dan kasih saying. Sesungguhnya pada hal yang demikian itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Rum :21)

Wahai putra putriku, dengan akad nikah Tuhan memberikan kehormatan kepada anda untuk memikul misi yang mulia. Anda harus mengisi bahtera rumah tangga anda dengan ketentraman, cinta dan kasih saying. Karena itu, setiap perilaku anda berdua yang mendatangkan kedamaian, ketentraman, dan ketenangan dalam keluarga adalah ibadah. Dengarkan bagaimana Rasulullah saw memuji setiap prilaku yang mendatangkan kebahagiaan di tengah-tengah keluarga. Kepada lelaki, Rasulullah saw bersabda, “Duduknya seorang laki-laki, berbincang-bincang dengan keluarganya lebih dicintai Allah swt dari pada I’tikaf di masjidku ini.” Kepada keduanya, Rasulullah saw bersabda, “orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” (Mizan al-Hikmah 4 :286-287).

Wahai putraku, mengapa perilaku yang biasa-biasa seperti bercanda, berbincang, berdialog dengann istri lebih baik dari itikaf di masjid Nabi saw? Karena komunikasi yang sederhana itu dapat memasukkah ketentraman ke dalam hatinya yang paling dalam. “ucapan seorang lelaki terhadap istrinya – aku mencintaimu- tidak akan hilang dari hati selama-lamanya,” sabda Nabi saw. Dua kata itu bukan saja tidak akan hilang dari kalbu istri, tetapi juga dicatat abadi sebagai amal saleh yang mengantarkan kalimat baik itu ke haribaan Tuhan. Dengan begitu, anda sudah melaksanakan Mitsaqan Ghalizha, misi pernikahan yang agung.

Wahai putriku, mengapa seteguk air yang diantarkan senyum penuh kasih seorang istri lebih tinggi nilainya dari ibadah satu tahun? Karena pengkhidmatan itu, betapapun sederhananya, telah menyiramkan kesejukan pada hati suami anda. Mengikis semua keresahan dan kegelisahan yang ditemuinya dalam arena kehidupan yang kejam. “Dunia ini seluruhnya keindahan yang menyenangkan. Tetapi keindahan yang paling tinggi dari dunia adalah istri yang saleha ,” sabda Rasulullah saw. Satu tegukan air itu – karena diberikan oleh istri yang saleha - bukan saja mengalir ke dalam tubuh suami anda, tetapi juga direkam sebagai ibadah dalam Ummul kitab disisi Tuhan. Dengan begitu, tangan anda telah memperteguh ikatan yang mulia, mitsaqan Ghalizha, misi pernikahan yang luhur.

Sebagaimana setiap perilaku yang membahagiakan satu sama lain merupakan ibadah, maka setiap tindakan yang menyakitkan satu sama lain dihitung sebagai kezaliman. Kepada semua suami, Rasulullah saw bersabda, “Allah dan RasulNya akan berlepas diri dari siapa saja yang menyengsarakan istri sampai dia berhenti dari perbuatannya itu.” Tuhan akan melepaskan perlindunganNya, menjauhkan rahmatNya, menahan anugerahNya dari suami yang menyakiti istrinya. Rasulullah saw berlepas diri – yakni mengeluarkan umatnya – siapa saja yang berbuat zalim kepada istrinya.

Wahai putraku, perilaku dan perkataan anda, bahkan diamnya dan bungkamnya anda, menjadi dosa apabila membuat istri anda menderita. Bila anda memaksakan kehendak anda padanya, merendahkan kehormatannya, merampas haknya untuk hidup tenteram bersama anda, atau diam tidak mau mendengarkan jeritan hatinya, anda telah memperlakukan istri anda sebagai budak. Padahal ia amanah Allah yang diserahkan kepada anda untuk ditentramkan hatinya, dilindungi hidupnya, dan dijaga cinta dan sayangnya, “jangan jadikan istrimu makhluk TUhan yang paling celaka karena kamu,” kata Ali Bin Abi Thalib kw. Orang yang paling malang pada hari kiamat ialah orang yang berhadapan dengan Tuhan, sedangkan ditangannya bergelantungan orang-orang yang dizaliminya. Jangan jadikan istri anda bergelantungan di tangan anda mengadukan kezaliman anda kepada Rabbul alamin. Menghilangkan ketentraman, cinta dan kasih saying dari hati istri adalah melanggar mitsaqan Ghalizha, mengoyak-koyak perjanjian agung.

Wahai putriku, kepada semua istri Rasulullah berwasiat, “Barangsiapa mempunyai istri yang menyakitinya, Tuhan tidak akan menerima dari istrinya itu shalatnya dan semua amal baik yang dilakukanya sampai ia menolong suaminya dan membahagiakannya kembali walaupun ia berpuasa sepanjang masa. Begitu juga seorang suami memikul dosa yang sama bila ia menyakiti dan berbuat zalim kepada istrinya,” (Mizan Al-Hikmah 4 :287) sebagaimana suami yang memikul dosa besar ketika menyengsarakan istrinya, seperti itu pula seorang istri yang menyakiti hati suaminya.

Banyak istri menuntut agar suami-suaminya membahagiakan mereka. Jarang terpikirkan bagaimana ia berusaha membahagiakan suami. Cinta dan kasih saying tumbuh dalam suasana saling member, bukan mengambil. Cinta adalah sharing, saling berbagi. Anda idak akan memperoleh cinta apabila yang anda tebarkan adalah kebencian. Anda tidak akan memetik kasih saying bila yang anda taburkan adalah kemarahan. Anda tidak akan merai ketenangan bila yang anda suburkan adalah dendam dan kekecewaan. Tuhan telah menyeahkan seorang lelaki kepada anda untuk melindungi anda, menghidupi anda, mencintai anda dan berkhidmat buat kebahagiaan anda. Bila anda membalas kecintaan suami dengan kebencian, kesetiaan dengan pengkhianatan, dan budi baiknya dengan pembangkangan, anda telah melanggar mitsaqan ghalizha, mencabi-cabik ikatan suci.

Wahai putraku, disamping anda ada seorang perempuan yang siap menempuh lautan kehidupan bersama anda. Ia tidak menuntut apapun kecuali kecintaan yang tulus. Ia telah meninggalkan orang tua dan seluruh anggota keluarga yang mencintainya. Ia telah memutuskan untuk benaung dalam lindungan kasih anda. Ia telah bertekad menghabiskan sisa usianya bersama anda. Ia telah menyerahkan hatinya untuk disemai kecintaan anda. Nanti, bila ia berpisah jauh dari keluarganya, kita yang hadir disini ingin melihat anda berdiri ceria di depannya, menghangatkan kesepiannya dengan pelukan kasih anda. Tangan-tangan anda yang kokoh menjadi benteng yang menahan tiupan badai kesedihannya. Seluruh diri anda menjadi pohon yang rimbun yang menaunginya dari gelombang panas penderitaan. Berikan perhatian yang tulus ikhlas, dan pengertian yang mendalam kepada orang yang telah mengikatkan dirinya kepada anda dalam mitsaqan ghalizha. Kelak bila anda berdiri di hadapan Rasulullah saw pada hari kiamat, anda disambut Nabi saw dengan sabdanya, “Yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.”

Wahai putriku, Anda boleh member apa saja yang anda miliki. Tetapi buat suami anda, tidak ada pemberian istri yang paling membahagiakan hati selain hati yang selalu siap berbagi kesenangan dan penderitaan. Di luar rumah, suami anda boleh jadi digoncangkan dengan berbagai kesulitan. Diluar, ia menemukan wajah-wajah tegar, mata-mata tajam, ucapan yang kasar dan pergumulan hidup yang berat. Ia ingin ketika pulang ke rumah, ia menemukan wajah ceria, mata sejuk, ucapan lembut, dan berindung di dalam keteduhan kasih saying anda. Seperti cerita Putri salju-nya Anderson, suami anda ingin mencairkan seluruh beban jiwanya dengan kehangatan airmata yang terbit dari samudra kasih saying anda. Kelak, bila perahu rumah tanga anda bertubrukan dengan karang yang tajam, bila impian remaja telah berganti dengan kenyataan yang pahit, bila bukit-bukit harapan digoncang gempa cobaan, kami ingin melihat anda tetap teguh disamping suami anda. Anda tetap tersenyum walaupun langit mendung. Pada saat seperti itu, tidak ada yang paling menyejukkan suami anda selain melihat pemandangan yang mengharukan. Ia bangun malam hari, ia tidak mendapatkan istrinya disampingnya. Tetapi ia mendengar suara yang dikenalnya betul. Diatas sajadah ia menyaksikan seorang wanita sujud. Suaranya gemetar. Ia sedang bermohon agar Allah menganugerahkan pertolongan bagi suaminya. Pada saat seperti itu, suami anda akan mengangkat tangan ke langit. Bersamaan dengan tetes-tetes airmatanya ia berdoa, “Ya Allah, anugerahkan kepada kami istri dan keturunan yang menteramkan hati kami dan jadikanlah kami teladan bagi orang-orang yang takwa.”

Wahai saudara-saudariku, hadirin dan hadirat, marilah kita antarkan kedua mempelai dengan doa yang khusyu, “Allahumma shali ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad, Ya Allah, hari ini, dua hamba-Mu yang dhaif mematri janji dihadapan kebesaran-Mu. Kami tahu tidak mudah bagi mereka untuk memelihara ikatan suci ini dalam naungan ridha dan maghfirah-Mu. Kami tahu amat berat bagi mereka mengayuh perahu rumah tangga menghadapi taufan godaan di hadapan mereka. Karena itulah kami dating mengetuk pintu-Mu, memohon rahman rahim-Mu.

Tunjukilah mereka jalan yang lurus, jalan yang telah Engkau anugerahkan kenikmatan, bukan jalan orang-orang yang tenggelam dalam kesesatan. Sinarilah hati mereka dengan cahaya petunjuk-Mu. Terangilah jalan mereka dengan sinar taufik-Mu. Sekiranya Engkau berkenan menganugerahkan nikmat-Mu pada mereka, banulah kealpaan orang-orang yang terlena dalam kemewahan dunia. Bimbinglah mereka untuk membagikan anugerah-Mu pada hamba-hamba-Mu.

Bila Engkau berkenan memberikan ujian atas mereka, berikan pada mereka keteguhan hati dan kesabaran. Bangunkan mereka di tengah keheningan malam. Gerakkan bibir-bibir mereka untuk menyebut nama-Mu yang Suci. Basahkan sajadah mereka dengan airmata kekhusyu’an ketika mereka merintih dii hadapan rahman rahim-Mu. Jadikan saat-saat seperti itu sebagai saat yang paling menentramkan hati mereka. Ya Allah, indahkan rumah mereka dengan kalimat-kalimat-Mu yang suci. Suburkan mereka dengan keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi hidup mereka dengan amal shalih yang Engkau Ridhai. Jadikan mereka, Ya Allah, teladan yang indah bagi sesame manusia.

Ya Allah, kami bermohon dengan yang paling agung dari sifat dan Asma-Mu, ampunilah semua dosa dan kejelekan yang pernah kami lakukan. Sembunyikan segala keburukan yang kami kerjakan, dalam keadaan sembunyi dan terang-terangan. Jangan tolak doa-doa kami karena dosa-dosa kami. Berkatilah pertemuan kami disini. Curahkan rahmat dan karunia-Mu kepada kami semua, kaum mukminin dan mukminat, kaum mislimin dan muslimat. Subhana Rabbil “izzati amma yashifun. waSalamun alal mursalin. Walhamdulillahi Robbil alamin.



***
solo, 15 Jan '10
Sumber:Khotbah bp Jalaludin Rahmat pada sebuah Acara Akad Nikah


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More